Friday 6 May 2011

Film Tanda Tanya Kisah menuk, Sholeh dan Hendra

Sebuah film karya Hanung Bramantyo yang berjudul Tanda Tanya  (?) 'masih pentingkah kita berbeda'
walaupun ni film terdapat pro dan kontra dari berbagai pihak (biasa film Indonesia) tapi film ini bisa menjadi solusi baik bagi kita untuk melihat suatu perbedaan dari sudut pandang yang baik.
Film ini diawali dengan penusukan seorang pendeta lalu di jelaskan dalam sebuah berita bahwa penusukan itu merupakn murni sebuah kriminalitas bukan karena motif agama.
Dalam film ini diceritakan 2 kisah yang saling berkaitan antara menuk (revallian S temat) dan sahabatnya Rika (Endhita) kita akan bahas kisah antara menuk (Revalina S Temat) yang digambarkan sebagai perempuan islam yang berkerudung, Ping Hendra (Rio Dewanto) etnis cina anak pemilik restoran makanan khas China ,  dan Sholeh (Reza Rahardian)  pria muslim yang bingung mencari pekerjaan, kemudian dia mendaftar menjadi Banser.
Awalnya tidak di jelaskan hubungan mereka bertiga secara jelas, hanya menjelaskan bahwa menuk adalah istri dari Sholeh dan bekerja di rumah makan orang tua hendra. Dari setting tempat dan wilayah terlihat jelas bahwa kehidupan toleransi jauh dari menghormati perbedaan keyakinan. Diawal cerita selalu menggambarkan hendra yang selalu pergi bersama teman-temannya dan tidak mau mengelola bisnis restoran orang tuanya. Hendra selalu memperlihatkan wajah sinis ketika bertemu dengan orang-orang islam tak jarang dia mengumpat dengan kata-kata kasar tentang orang islam dan dia akan selalu marah jika di sebut cina. Pada pertengahan konflik di ketahui bahwa sebenarnya telah terjadi cinta antara Hendra, Menuk pada masa lalu tapi menuk memilih menikah dengan Sholeh yang muslim. Yang membuat aku suka adalah saat menu berkata pada hendra “ jangan pernah mas membenci orang islam dan suami saya karena kebencian mas terhadap saya dan walaupun sekarang kita tidak dapat bersama saya bahagia karena kita dulu bisa saliang mencintai di antara perbedaan karena itu merupakan sebuah anugrah dihidup saya” kejadian percakapan itu terjadi dalam setting film saat bulan ramdhan karena di film itu terjadi 4 kali setting waktu Paskah, Puasa, Ramadhan dan Natal. Semenjak percakapan anatar hendra dan menuk itu terjadi hendra mulai berubah menjadi pria manis yang patuh terhadap orang tuanya apalagi saat  itu ayah hendra Tan Kat Sun (Hengky Sulaeman) mulai sakit-sakitan. Konflik dimulai saat hari kedua perayaan idul fitri saat itu hendra yang sudah di serahi pengurusan restoran dari ayahnya mengharuskan seluruh karyawannya untuk bekerja termasuk menuk, di sisi lain tanpa sepengetahuan menuk suaminya sholeh berencana menyerang restoran. Kericuhan pun dimulai saat sholeh menyerang restoran dan tanpa sengaja dia memukul dada ayah hendra hingga dia kritis dan meninggal. Saat itu hendra tanpa sengaja melihat buku berjudul 99 Asmaul Husna, dan hati dia mulai tergerak untuk bisa mulai belajar tentang islam dia meminta maaf pada seluruh karyawannya karena kesalahan dia selama mengurus restoran yang tidak memberikan waktu bagi karyawan untuk shalat, dan tidak libur pada saar idul fitri. Tapi bagaiamana, dengan sholeh yang bisa dibilang dialah yang menyebabkan ayah hendra kritis dan meninggal. Tentu saja hal ini menjadi pukulan berat bagi menuk dia belum bisa memaafkan suaminya dengan apa yang dilakukannya di tempatnya bekerja dan membuat bosnya yang dia hormati sampai kritis dan meninggal. Ending kisah anatara Menuk Sholeh dan Reza adalah saat sholeh menjaga gereja di perayaan natal saat itu juga menuk dan Hendra (restoran Chinese Food mereka ditunjuk untuk menjadi catering di acara natal) saat itu sholeh berusaha meminta maaf pada menuk dengan apa yang sudah dilakukannya beberapa hari yang lalu di restorant hendra, saat itu menuk hanya mengatakan” nanti kita bicarakan setelah acara ini selesai, saya sedang sibuk mengurus catering” dan sholeh hanya berkata “ saya hanya ingin kamu hargai nuk” dan sholeh pun pergi berkeliling menjaga gereja ( disini diceritakan bahwa banzer NU membatu pihak kepolisian dalam menjaga gereja juga sebagai bentuk toleransi umat islam terhadap nasrani) kemuadian holeh  menemukan bungkusan yang ternayat BOM, betapa terkejutnya sholeh dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan dia inget dengan semua kata yang pernah diucapkan pada isterinya tentan dia ingin dihargai, masuk banzer sebagai jihad dan lain sebagainya dan dengan keberaniaan dia membawa bom itu menjauhi gereja seketika bom itu meledak. Saat sholeh membawa bom itu keluar gereja semua banzer bmengatakan apa yang kamu bawa itu leh? Dia hanya terdiam dan beberapa banzer berteria sholeh..sholeh.. menu mendengar bahwa nama suaminya di sebut-sebut dan seketika BOM meledak. Menu sadar bahwa ada sesuatu yang buruk yang menimpa suaminya ketika di sampai didepan pagar dan melihat sebuah potongan pakaian banzer tepat di bagian nama anggotanya yakni tertulis nama ‘sholeh’ kini dia tau suaminya telsh membawa bom untuk menyelematkan umat yang ada digereja menu hanya bisa menangis. Di akhir cerita di buka sebuah pasar yang diberi nama Sholeh.



Pelajaran dari kisah ini
Dari perbedaan kita bisa saling mencintai tapi hal ini tidak menjadikan kita harus hidup bersama karena perbedaan suatu akidah, itu semua tergantung dari orang yang menjalaninya. dan hidayah dari Tuhan pasti akan diberikan untuk hambanya tentunya dengan cara yang indah dan menakjubkan yang tidak pernah dipikirkan oleh hambanya.

No comments:

Post a Comment